Transformasi Busana Kerajaan: Aksi Simbolik Raja Charles dan Pangeran William di Trooping the Colour 2025 – Trooping the Colour 2025 menjadi sorotan dunia bukan hanya karena kemegahan parade militer tahunan Kerajaan Inggris, tetapi juga karena momen emosional dan penuh makna yang ditunjukkan oleh Raja Charles III dan Pangeran William. Dalam sebuah langkah yang tak terduga namun sarat simbolisme, keduanya mengganti busana sweet bonanza resmi mereka sebagai bentuk penghormatan terhadap tragedi kecelakaan pesawat Air India yang mengguncang dunia pada 12 Juni 2025.
Baca Juga : https://doujinku.id/
Latar Belakang Trooping the Colour
Trooping the Colour merupakan tradisi militer yang telah berlangsung sejak abad ke-17, dirancang untuk merayakan ulang tahun resmi raja atau ratu Inggris. Acara ini melibatkan parade pasukan, kavaleri, dan flypast dari Angkatan Udara Kerajaan, serta kehadiran anggota keluarga kerajaan di balkon Istana Buckingham.
Namun, pada tahun 2025, suasana perayaan berubah menjadi lebih reflektif dan penuh empati. Tragedi jatuhnya pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India yang menewaskan 241 penumpang dan awak menjadi latar belakang perubahan besar dalam prosesi kerajaan.
Keputusan Mendadak yang Sarat Makna
Raja Charles III, yang kini berusia 76 tahun, bersama putranya Pangeran William, memutuskan untuk mengenakan ban lengan hitam pada seragam militer mereka. Atribut ini bukan sekadar aksesori, melainkan simbol duka dan solidaritas terhadap para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Tak hanya mereka berdua, staf Royal Mews, perwira berkuda, hingga pasukan pengawal slot server thailand no 1 kerajaan juga mengenakan ban lengan hitam. Ini menciptakan kesan visual yang kuat dan menyentuh, menunjukkan bahwa kerajaan tidak terpisah dari penderitaan rakyatnya.
Momen Hening dan The Last Post
Salah satu momen paling mengharukan dalam prosesi adalah ketika Raja Charles naik ke podium setelah pemeriksaan pasukan. Di sana, seluruh peserta dan penonton diajak mengheningkan cipta, didahului dengan lantunan “The Last Post”—lagu penghormatan militer yang biasa dimainkan untuk mengenang mereka yang gugur.
Suasana hening menyelimuti lapangan parade, menciptakan kontras yang tajam dengan kemegahan biasanya. Ini bukan pertama kalinya Trooping the Colour disesuaikan untuk menghormati korban tragedi; pada 2017, upacara serupa dilakukan pasca kebakaran Grenfell Tower di London.
Kate Middleton dan Keluarga Kerajaan di Balkon Istana
Kate Middleton, bersama ketiga anaknya—Pangeran George, Putri Charlotte, dan Pangeran Louis—tampak hadir di balkon Istana Buckingham. Mereka menyaksikan prosesi dengan ekspresi serius, mencerminkan suasana duka yang menyelimuti acara.
Ratu Camilla juga hadir mendampingi Raja Charles dalam kereta kuda kerajaan. Meski Raja masih menjalani perawatan kanker, kehadirannya dalam parade menunjukkan komitmen dan keteguhan hati sebagai pemimpin simbolis bangsa.
Reaksi Publik dan Media
Langkah Raja Charles dan Pangeran William menuai pujian bonus new member luas dari publik dan media internasional. Banyak yang menilai bahwa tindakan ini menunjukkan sisi manusiawi dari institusi monarki yang sering dianggap kaku dan formal.
Media sosial dipenuhi dengan komentar positif, menyebut momen ini sebagai “pengingat bahwa kerajaan juga berduka bersama rakyatnya.” Tagar #TroopingForAirIndia bahkan sempat menjadi trending topic global.
Satu-Satunya Korban Selamat: Kisah Vishwas Kumar Ramesh
Dari tragedi yang menewaskan ratusan jiwa, hanya satu orang yang selamat: Vishwas Kumar Ramesh, warga negara Inggris berusia 40 tahun. Dalam wawancara dari ranjang rumah sakit, ia menceritakan detik-detik mengerikan saat pesawat jatuh.
“Ketika saya bangun, ada mayat-mayat di sekeliling saya. Saya takut. Saya berdiri dan berlari,” ujarnya. Kisahnya menjadi simbol harapan di tengah duka mendalam, dan turut memperkuat alasan di balik penghormatan kerajaan.
Simbolisme dalam Busana Kerajaan
Busana dalam konteks kerajaan Inggris bukan sekadar pakaian, melainkan alat komunikasi visual yang kuat. Setiap warna, lambang, dan aksesori memiliki makna tersendiri. Dalam kasus ini, ban lengan hitam menjadi simbol universal duka dan solidaritas.
Langkah Raja Charles dan Pangeran William menunjukkan bahwa bahkan dalam struktur monarki yang penuh protokol, masih ada ruang untuk empati dan respons terhadap tragedi kemanusiaan.
Tradisi yang Terus Berevolusi
Trooping the Colour 2025 menjadi bukti bahwa tradisi kerajaan tidak harus statis. Ia bisa beradaptasi dengan konteks zaman dan peristiwa global. Dengan mengintegrasikan elemen penghormatan dalam prosesi resmi, kerajaan menunjukkan relevansinya di mata publik modern.
Ini juga menjadi pelajaran penting bagi institusi lain—bahwa simbolisme dan empati bisa berjalan beriringan, bahkan dalam acara yang sangat formal sekalipun.
Penutup: Keteladanan dari Balik Seragam
Perubahan busana Raja Charles dan Pangeran William bukan sekadar keputusan estetika, melainkan pernyataan moral. Di tengah dunia yang sering kali terpecah oleh perbedaan, momen ini menjadi pengingat bahwa solidaritas dan empati masih memiliki tempat dalam tatanan tertinggi kekuasaan.